Transactional Marketing dan Relationship Marketing
SHORT TIME
Transactional Marketing dan Relationship Marketing
Transactional Marketing dan Relationship Marketing
Dalam perjalanan dari Purwokerto ke Semarang, mobil saya mogok di daerah Parakan dan terpaksa saya titipkan ke rumah penduduk ditepi jalan. Kemudian saya melanjutkan perjalanan naik bus menuju Secang. Rencananya nyambung bus dari Secang menuju Semarang.
Berhubung perut lapar berat, saya sembarangan masuk warung makan di terminal. Pesan nasi rames yang nasinya keras dan segelas es teh. Berapa harganya coba? Rp 42.000. Gila !! Mau komplain malu ributin uang recehan. Daftar harga menu kebetulan tidak ada. Tapi dalam hati ngedumel juga. Harganya ngepruk!!
Penjual nasi rames sepertinya tahu saya cuma penumpang transit yang belum tentu kembali ke warung itu dalam 6 bulan kedepan atau malah 1 tahun kedepan. Jadi dengan tega memasang harga tinggi. Tak masalah jika saya tidak akan kembali lagi, karena mungkin akan tersedia korban korban berikutnya.
Ini disebut TRANSACTIONAL MARKETING. Pembeli adalah obyek. Pertimbangannya jangka pendek. Short time, eh .. short term maksudnya. Mengambil keuntungan sepihak dan sesaat, tanpa peduli apa kata pembeli.
Lawannya adalah RELATIONSHIP MARKETING. Memperlakukan pembeli sebagai subyek. Bukan sekedar buyer, tapi customer, bahkan mungkin sebagai partner. Kita berpikir long term (jangka panjang). Berharap pembeli akan mendatangkan repeat order melalui viral marketing alias referensi dari mulut ke mulut kepada calon konsumen lain.
Untuk bisnis properti kita, mana yang kita pilih? Tentu saja RELATIONSHIP MARKETING. Makanya buatlah konsumen merasa nyaman dan happy.
- Perlakukan dengan sopan dan ramah
- Sediakan permen di ruang marketing
- Kerjakan komplain yang diajukan sesegera mungkin
- Serah terimakan kunci bangunan tepat waktu
- Dan lain-lain
Berhubung perut lapar berat, saya sembarangan masuk warung makan di terminal. Pesan nasi rames yang nasinya keras dan segelas es teh. Berapa harganya coba? Rp 42.000. Gila !! Mau komplain malu ributin uang recehan. Daftar harga menu kebetulan tidak ada. Tapi dalam hati ngedumel juga. Harganya ngepruk!!
Penjual nasi rames sepertinya tahu saya cuma penumpang transit yang belum tentu kembali ke warung itu dalam 6 bulan kedepan atau malah 1 tahun kedepan. Jadi dengan tega memasang harga tinggi. Tak masalah jika saya tidak akan kembali lagi, karena mungkin akan tersedia korban korban berikutnya.
Ini disebut TRANSACTIONAL MARKETING. Pembeli adalah obyek. Pertimbangannya jangka pendek. Short time, eh .. short term maksudnya. Mengambil keuntungan sepihak dan sesaat, tanpa peduli apa kata pembeli.
Lawannya adalah RELATIONSHIP MARKETING. Memperlakukan pembeli sebagai subyek. Bukan sekedar buyer, tapi customer, bahkan mungkin sebagai partner. Kita berpikir long term (jangka panjang). Berharap pembeli akan mendatangkan repeat order melalui viral marketing alias referensi dari mulut ke mulut kepada calon konsumen lain.
Untuk bisnis properti kita, mana yang kita pilih? Tentu saja RELATIONSHIP MARKETING. Makanya buatlah konsumen merasa nyaman dan happy.
- Perlakukan dengan sopan dan ramah
- Sediakan permen di ruang marketing
- Kerjakan komplain yang diajukan sesegera mungkin
- Serah terimakan kunci bangunan tepat waktu
- Dan lain-lain