Konsumen Diluar Target dalam Bisnis Properti

KONSUMEN KAGETAN
Konsumen Diluar Target
dalam Bisnis Properti


Nenek saya di kampung punya warung makan sekaligus toko kelontong kecil-kecilan. Banyak produk consumer goods yang jadi dagangan nenek saya.

Suatu ketika, ada produk baru minuman Kuku Bima Energy rasa anggur. Nenek saya ikut mencicipi 1 sachet yang dijadikan minuman segelas, dicampur es batu biar dingin. Dan apa yang terjadi? Enaaaaakkk, segeeerrrrr .... rasa anggurnya pas, begitu kata nenek.

Oh ya, nenek saya usianya sudah 68 tahun. Sejak saat itu nenek saya demen banget minum Kuku Bima Energy rasa anggur. Terutama disiang hari dicampur es batu. Sehari kadang bisa minum 2x.

Menurut anda, apakah minuman Kuku Bima Energy menyasar target marketnya nenek nenek usia 68 tahun seperti nenek saya?? Saya yakin tidak. Meski salah satu bintang iklannya adalah Mbah Maridjan rosa rosa, tapi 2 bintang yang lain adalah Ade Rai dan Chris John. Lebih menyasar target para pekerja keras yang mengeluarkan banyak energi saat beraktivitas, sehingga memerlukan minuman suplemen penambah tenaga.

Jika nenek saya kebetulan jadi penggemar Kuku Bima Energy rasa anggur, itu hanya kebetulan saja. Diluar segmen dan target yang ditetapkan. Banyakkah terjadi hal seperti ini? Saya yakin tidak, paling hanya 1-2 kasus saja. Selebihnya tetaplah yang mengkonsumsi minuman tersebut adalah sesuai target market yang disasar.

Sobat properti, di salah satu proyek dimana saya jadi konsultan pemasarannya, kami sudah menetapkan didalam Marketing Plan bahwa target market kami adalah keluarga muda dengan income 3 s/d 5 juta. Makanya kami hanya menawarkan rumah type 27/66 seharga 79 juta dan type 36/81 harga 99 juta.

Nah, kebetulan pembeli pertama kami adalah pensiunan dari Jakarta yang pulang kampung di Sragen, lalu membeli 2 rumah T-27 dijadikan 1. Membayarnya juga cash bertahap 4x bayar. Tanpa KPR karena memang konsumennya sudah 56 tahun.

Menyikapi transaksi pertama seperti itu, teman saya si owner proyek langsung mengusulkan agar 1 blok paling depan yang ukuran kavlingnya 6 x 13,5 = 81 m2 mau diubah menjadi 8 x 13,5 m = 108 m2 dan dibangun type 62.
Saya katakan, transaksi tersebut pantas disyukuri. Tapi tak bisa dijadikan patokan dan over confidence seolah level proyek bisa diangkat sedikit keatas. Menemukan ada konsumen yang bisa membayar 158 juta dibagi rata 4 bulan di level perumahan seperti itu saja menurut saya sudah luar biasa. Belum tentu 100 konsumen berikutnya mampu melakukan skim bayar yang sama.

Konsumen tersebut masuk kategori KONSUMEN KAGETAN. Sekali lagi pantas disyukuri, tapi jangan sampai mengecoh kita seolah produk kita mampu menyasar market diluar segmen dan target yang sejak awal ditetapkan dalam Marketing Plan. Repotnya jika kita memperlebar target market kita, sehingga targetnya terlalu luas dan tidak fokus. Akibatnya pemasaran tidak efektif lagi dan boros di budget.

Tetaplah konsisten menjalankan aktivitas pemasaran sesuai MARKETING PLAN awal. Memang secara periodik (misal perbulan atau triwulan) kita mesti melakukan evaluasi. Tapi janganlah konsumen kagetan yang jelas-jelas bukan target market awal itu membuat kita mengacak acak rencana awal kita.

Populer

Efisiensi Biaya Cut and Fill

Budget Pembuatan Kolam Renang

Merintis Bisnis Properti Sebagai Pengembang

Melakukan Probing dalam Penjualan Properti

Menerapkan Ilmu Marketing Perumahan

Mitra Pemilik Tanah

4 Tahapan Siklus Hidup Produk

Berbagi Urusan Ijin

Buatlah PT Kosong

Memanfaatkan Momentum Lebaran